Rabu, 01 September 2010
Senin, 13 Oktober 2008
SUMPAH PEMUDA SAMPAI HARI INI
KAMI POETERA DAN POETERI
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.
Pemuda Indonesia memiliki peran besar dalam membangun peradaban bangsanya. Membangun peradaban bangsa yang berkualitas tentunya memerlukan sumberdaya yang berkualitas pula. Ibarat membangun sebuah rumah, diperlukan arsitektur yang kreatif dan cermat didukung dengan peralatan dan bahan yang cukup memadai dan berkualitas. Pertanyaannya adalah peradaban berkualitas macam apa yang akan dibangun dan sumberdaya macam apa yang diperlukan untuk membangun peradaban tersebut.
Saat-saat seperti ini, dimana momentum sejarah diperingati, biasanya dikobarkan kembali semangat pada masa itu. Sebagaimana momentum kebangkitan nasional ke 100 dan kemerdekaan RI ke 63 yang baru lalu begitu rupa menebar semangat nasionalisme untuk mewarisi semangat para pejuang bangsa ini. Lebih-lebih apa yang dirasakan para veteran pejuang atau pelaku sejarah ketika itu yang larut dalam memori masa lalu yang penuh semangat dan heroik. Saat-saat mereka diminta menceritakan kisahnya, diakhir cerita biasanya muncul kritik terhadap kondisi sekarang yang sarat dengan wejangan untuk perbaikan.
Berbagai event digelar oleh warga bangsa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dunia usaha juga memanfaatkan momentum sejarah hari besar dengan mengemas program-program promosi produknya berhubungan dengan momentum hari-hari besar. Upaya tersebut tidak lain untuk menciptakan image up to date dengan kepedulian sosial serta nasionalisme, sehingga konsumen merasa dekat dan tertarik dengan produk yang dijual atau memang untuk menghormati hari besar tersebut.
Momentum sejarah kadang memang melahirkan kerinduan akan nilai-nilai suci yang hadir di masa lalu dan hampir punah di masa kini. Berbagai acara digelar untuk menghadirkan kembali nilai-nilai luhur yang diusung pejuang bangsa Indonesia. Demikian juga dengan hari Sumpah Pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober guna membangkitkan semangat nilai-nilai sumpah pemuda yang dikumandangkan oleh pemuda Indonesia di kala itu. Apa sebetulnya yang membuat pemuda kita kala itu bersumpah ? dan apa yang memotivasi mereka ? serta apa yang dihasilkan dari sumpah tersebut?.
Hasil monumental dari pergerakan pemuda tahun 1920-an adalah Sumpah pemuda yang merupakan putusan Kongres Pemuda Kedua, 27-28 Oktober 1928. Ada tiga hal yang menjadi komitmen pemuda ketika itu. Pertama munculnya awareness bahwa kita dilahirkan di tanah air yang sama. Jika mengingat manusia tercipta dari sari pati tanah, dapat dikatakan kita tercipta dari sari pati tanah yang sama yakni tanah air Indonesia. Oleh karenanya sifat dan karakteristik manusia yang dihasilkan tentu serupa berasal dari satu tanah dan air tropis yang hanya dipisahkan oleh air laut sehingga logik jika ada yang tidak sama persis. Komitmen pertama dapat diartikan sesungguhnya kita adalah saudara kandung dari ibu pertiwi (Indonesia) dengan beragam jenis kebiasaan dan selera, namun hidup di tempat yang sama. Sebagaimana ketika sedang mengandung, seorang ibu suka makanan pedas, anaknya lahir dengan selera makanan pedas, demikian seterusnya.
Kedua adalah kesadaran spesies bahwa kita memiliki habitat sama, fisik, selera cenderung sama; baik warna kulit, makanan, minuman, kebiasaan, pandangan, perasaan dan lain-lain. Sehingga merupakan keniscayaan jika makhluk sosial berkumpul karena ada kesamaan-kesamaan. Kesamaan tempat tinggal dan lingkungan hidup menjadikan kita satu bangsa dengan karakteristik yang serupa walaupun beragam jenisnya.
Ketiga adalah kesadaran komunikasi bahwa kita saudara harus saling bertemu, bersilaturahmi dan berhubungan sosial, sehingga kesamaan tempat dan habitat saja tidak cukup untuk menjadikan bangsa ini lestari berketurunan dan kuat hidup sepanjang masa. Kesamaan alat komunikasi atau bahasa yang digunakan diperlukan untuk saling mengenal, memahami, tolong menolong, dan sepenanggungan dalam hubungan antara sebangsa Indonesia di tiap-tiap wilayah Indonesia.
Jika tiga kesadaran ini telah ada, dan menjadi keyakinan bersama, maka timbul saling percaya karena saudara, kerjasama karena memahami, semangat karena kebersamaan, kejujuran dan keterbukaan karena dekat dan persatuan karena kesamaan tujuan yakni perjuangan menuju terbentuknya NKRI yang utuh di kala itu.
Permasalahannya sekarang, ketika sebuah bangsa mulai menemukan wujudnya dalam sebuah negara yang berdaulat, ada rakyat dan pemerintah, justru kesadaran kesamaan trilogi sumpah pemuda itu mulai pudar sedikit demi sedikit, yang menonjol adalah perbedaan. Perbedaan antara penguasa, pengusaha dan rakyat. Kesenjangan sosial, ekonomi, budaya dan hukum merajalela. Kesatuan wilayah mulai terpecah dengan otonomi daerah kebablasan; dimana ada raja kecil di setiap kota dan kabupaten. Kesatuan bangsa mulai terkotak dengan semangat daerah yang ingin memerdekakan diri. Kesatuan bahasa mulai tergoyahkan dengan kosa kata asing yang ”agresif” sehingga sulit bagi anak bangsa mendapat nilai memuaskan untuk pelajaran Bahasa Indonesia saja. Lebih-lebih para elit dan yang berilmu bahkan penulis sendiri terbawa arus bangga menggunakan istilah-istilah asing.
Mungkin ini hanya sekelumit potret pemuda Indonesia yang ”khilaf” (jika tidak ingin dibilang amnesia) terhadap nilai-nilai sumpahnya. Karena saat ini telah terjadi pergeseran tujuan dari tiga kesadaarn dimaksud. Dimana-mana terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme karena ada hubungan satu suku, daerah, dan agama dari pelaku-pelakunya.
Menyadari semua fenomena yang ada tak dipungkiri bahwa semangat juang, jiwa kebangsaan, kesamaan senasib dan sepenanggungan telah terbukti dapat menghasilkan kenyataan dari mimpi yang besar pemuda kala itu; merdeka dari penjajahan. Tentunya hal tersebut dapat berulang kembali saat ini atau esok.
Jika seorang marketer berupaya menciptakan pasar sebagaimana air minum kemasan yang sempat dicemooh banyak orang dan mengancam eksistensi usaha Pak Tirta almarhum kala itu justrus menjadi kebutuhan saat ini. Tentu sebuah keniscayaan jika kesadaraan akan adanya ”cemooh” dalam bentuk lain seperti penjajahan budaya, kejahatan korupsi, dan lain-lain yang mengancam eksistensi bangsa ini dapat menghadirkan kembali semangat kebangsaan pemuda Indonesia. Mari kita tumbuhkan semangat untuk bangkit memerangi neokolonialisme, karena harapan itu masih terbuka luas.
Rabu, 13 Agustus 2008
Asabila
Minggu, 10 Agustus 2008
Dapil dan Pemilih Surabaya 2009
Daerah pemilihan (Dapil) 1 meliputi Kecamatan Gubeng (134.446 pemilih), Genteng (55.811), Simokerto (84.182), Bubutan (92.922), Krembangan (121.875) dan Tegalsari (101.066). Dapil 1 Surabaya ini terdapat 11 kursi.
Dapil 2 yang terdapat 11 kursi meliputi wilayah Kecamatan Tambaksari (200.920 pemilih), Kenjeran (129.148), Bulak (33.611), Semampir (152.189) dan Pabean Cantikan (94.574).
Dapil 3 meliputi wilayah Tenggilis Mejoyo (73.680), Gunung Anyar (53.067), Rungkut (112.922), Sukolilo (105.652) dan Mulyorejo (88.667). Ada delapan kursi di dapil 3 ini.
Dapil 4 meliputi wilayah Jambangan (41.448 pemilih), Gayungan (40.086), Wonocolo (86.696), Wonokromo (149.,370), Dukuh Pakis (57.937), Wiyung (57.327) dan sawahan (191.443). Ada delapan kursi di Dapil 4 ini.
Dapil 5 yang terdapat sembilan kursi terdiri dari Kecamatan Karang Pilang (72.859 pemilih), Lakarsantri (41.786), Sambikerep (49.957), Tandes (94.243), Sukomanunggal (105.719), Asem Rowo (41.059), Benowo (42.018) dan Pakal (29.447). Jumlah total suara di Surabaya ini sebesar 2.736.127).
Senin, 28 Juli 2008
4 Kunci Rumah
4 Kunci Rumah Tangga Harmonis
Harmonis adalah perpaduan dari berbagai warna karakter yang membentuk kekuatan eksistensi sebuah benda. Perpaduan inilah yang membuat warna apa pun bisa cocok menjadi rangkaian yang indah dan serasi.
Warna hitam, misalnya, kalau berdiri sendiri akan menimbulkan kesan suram dan dingin. Jarang orang menyukai warna hitam secara berdiri sendiri. Tapi, jika berpadu dengan warna putih, akan memberikan corak tersendiri yang bisa menghilangkan kesan suram dan dingin tadi. Perpaduan hitam-putih jika ditata secara apik, akan menimbulkan kesan dinamis, gairah, dan hangat.
Seperti itulah seharusnya rumah tangga dikelola. Rumah tangga merupakan perpaduan antara berbagai warna karakter.
Nah, di situlah letak keharmonisan. Tidak akan terbentuk irama yang indah tanpa adanya keharmonisan antara nada rendah dan tinggi. Tinggi rendah nada ternyata mampu melahirkan berjuta-juta lagu yang indah.
Dalam rumah tangga, segala kekurangan dan kelebihan saling berpadu. Kadang pihak suami yang bernada rendah, kadang isteri bernada tinggi. Di sinilah suami-isteri dituntut untuk menciptakan keharmonisan dengan mengisi kekosongan-kekosongan yang ada di antar mereka.
1. Jangan melihat ke belakang
Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. “Kenapa saya waktu itu mau nerima aja, ya? Kenapa nggak saya tolak?” Buang jauh-jauh lintasan pikiran ini.
Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. Justru, akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula dari masalah sepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.
Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Inilah masalah kita. Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke belakang. Atau, na’udzubillah, membayangkan sosok lain di luar pasangan kita. Hal ini akan membuka pintu setan sehingga kian meracuni pikiran kita.
2. Berpikir objektif
Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga tidak secara utuh.
Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus lagi jika dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.
Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang tidak becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi, reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si isteri bawel, materialistis, dan kurang pengertian.
Padahal kalau mau objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup kemungkinan, isteri pun ikut mencari penghasilan, bahkan bisa sekaligus melatih kemandirian anak-anak.
3. Lihat kelebihan pasangan, jangan sebaliknya
Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan pasangan kita. Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki. Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan sudut pandangnya.
Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita mempunyai banyak kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, di sinilah uniknya berumah tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami isteri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.
Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Allah sudah merupakan kelebihan yang tiada
4. Sertakan sakralitas berumah tangga
Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru di situlah nilai pahala yang Allah janjikan.
Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah swt. Pasangkan rasa baik sangka kepada Allah swt. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya Allah, ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.
Lakukanlah pendekatan ubudiyah. Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi, dengan taqarrub pada Allah, masalah yang berat bisa terlihat ringan. Dan secara otomatis, solusi akan terlihat di depan mata. Insya Allah!
Tatap tegaklah masa depan
Tersenyum lagu kehidupan
Dengan cita cinta dan satu sejuta asa
Bersama membangun Indonesia
Pegang teguhlah kebenaranKalahkan Buang jauh nafsu angkara
Berkorban dengan jiwa dan raga
untuk tegaknya keadilan
Bangkitlah negeriku
Harapan itu masih ada
Berjuanglah bangsaku
Jalan itu masih terbentang
S’lama matahari bersinar
S’lama kita terus berjuang
S’lama kita satu berpadu
Jayalah negeriku jayalah …
Munsyid/Nasyid: Shoutul Harokah
Bergabunglah Dalam Barisan Ini!
- Senantiasa memperbaiki diri sendiri dan menyibukkan dalam aktivitas yang bermanfaat. Belajar ilmu dunia dan akhirat. Yakin bahwa kita niatkan karena Allah SWT saja.
- Ajak keluarga, sahabat, kerabat, dsb untuk mengikuti gerakan perbaikan ini.